Kami menetapkan start point dari perjalanan menuju Gunung Ijen ini adalah dari Surabaya, sedangkan pulangnya kondisional, bisa ke Surabaya lagi atau ke Malang. Sebelum berangkat ke banyuwangi, sehari sebelumnya saya sempat berjalan – jalan sebentar di kota Surabaya, hehe ( thanks :D ). Esoknya, hari rabu saya membeli tiket kereta api Sri Tanjung tujuan Banyuwangi. Tapi karena sudah kehabisan, maka saya memutuskan untuk membeli tiket Logawa tujuan Jember dan selanjutnya oper bis ke arah Banyuwangi.
Saya bersama 2 orang teman saya, Hamim dan Tama berangkat
dari Stasiun Gubeng pukul 16.10 di tengah jalan, kalau tidak salah di daerah
Pasuruan, kereta yang kami tumpangi sempat berhenti cukup lama. Selidik –
selidik, ternyata ada pengendara motor yang tertabrak kereta api karena menerobos
perlintasan kereta. Korban langsung diangkut ke dalam kereta dan diturunkan di
stasiun terdekat untuk selanjutnya ditangani pihak rumah sakit. Karena adanya
peristiwa tersebut kereta sempat terlambat. Ketika itu sekitar jam 9 an malkam,
kami memutuskan untuk tidak turun di Stasiun Jember melainkan di Stasiun
Rambipuji, karena menurut GPS stasiun ini merupakan stasiun yang terdekat
dengan Terminal Tawang Alun Jember, jaraknya sekitar 2 km. Karena ‘hanya’
berjarak 2 km, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja, sambil mencari tempat
makan di pinggir jalan.
Sampai di Terminal Tawang Alun kami segera mencari bis yang
menuju ke arah Banyuwangi. Cukup lama kami menunggu, sekitar pukul 12 malam,
bus Harapan Baru pun tiba, kami segera naik dan terlelap menuju ke Banyuwangi. Menurut
info yang kami dapat dari teman Hamim, kita turun di Terminal Karangente. Oke,
sekitar pukul 3 pagi kami diturunkan di SPBU dekat terminal, karena saat itu
kami adalah penumpang terakhir. Turun kami langsung disambut oleh bapak sopir
angkot, saat itu hanya ada satu angkot memang. Setelah sedikit bernego untuk
menuju kawah Ijen, kamipun memutuskan untuk mencarter angkot beliau untuk
menuju ke atas, yakni ke daerah Jambu, lebih atas dari Tamansari atau Licin (
gudang belerang ). Ongkosnya pun sebenarnya murah, yakni 70000 dengan jarak
tempuh sekitar 11 km dan menanjak. Hanya saja, karena kami bertiga, jadi
sharing fee nya pun juga lebih berat.
Oke setelah sampai di Jambu kami segera sholat Subuh di
mushola terdekat dan berjalan kaki naik melalui jalan aspal yang menanjak. Menurut
info kami bisa menumpang truk belerang yang berangkat sekitar pukul 7 pagi. Namun
ternyata selain truk pengangkit belerang, juga ada truk yang mengangkut
karyawan perkebunan kopi, dan truk tersebut berangkat lebih pagi daripada truk
pengangkut belerang. Akhirnya kami pun memutuskan untuk menumpang truk tersebut
bersama karyawan – karyawan perkebunan kopi. Jalan yang kami lewati awalnya
beraspal mulus. Namun tidak lama kemudian jalanan berubah menjadi berbatu. Semacam
jalan aspal yang rusak parah sampai kembali seperti jalan makadam / berbatu. Namun
pemandangan yang indah dan keramaian para penumpang di truk cukup menghibur
kami. Tujuan truk ini adalah perkebunan kopi di daerah Sempol, namu kami turun
di tengah jalan, di pos Paltidung yang merupakan start awal pendakian menuju
Kawah Ijen.
Setelah sarapan dan mengurus registrasi, kami segera naik. Kondisi
jalan untuk menuju kawah cukup bagus, karena memang dikelola dengan baik untuk
wisata. Jarak dari start awal menuju kawah sekitar 3 km dan cukup ditempuh
dengan berjalan sekitar satu jam. Di tengah jalan banyak terdapat para
penambang belerang yang membawa beban sekitar 60 – 70 kg. Dan itu dilakukan 2
kali, seperti menggendong orang dewasa. Para wisatawan di Kawah Ijen ini hampir
semuanya adalah wisatawan mancanegara, saya hanya melihat 3 rombongan wisatawan
lokal saja ( termasuk kami ).
Pemandangan di kawah ijen sungguh indah. Berjalan menuju ke arah kanan, kita bisa turun ke kawahnya ataupun sekedar melihat bagaimana penambang belerang mengambil belerang dengan diantar oleh bapak penambang. Yang perlu diperhatikan adalah asap belerang yang sangat menyengat. Ke arah kiri, kita sedikit mendaki ke atas untuk dapat melihat kawah ijen secara luas. Air kawah yang berwarna biru kehijauan dengan dikelilingi tebing curam. Kita harus ekstra hati – hati karena tidak ada dinding pembatas di ujung kawah.
Perjalanan turun pun tidak terlalu mudah. Kalau biasanya
saya turun gunung dengan berjalan cepat setengah berlari, di Gunung Ijen ini
karena jalannya yang lebar dan tidak ada pepohonan di tengah jalan sebagai
tumpuan. Maka meskipun jalan cepat saya harus bersiap untuk mengerem hanya
dengan kaki saja. Di perjalanan turun kami bertemu dengan bule yang tidak kuat
mendaki, namun memiliki hasrat untuk menikmati Kawah Ijen. Alhasil bule
tersebut membayar beberapa orang penambang untuk membuatkan tandu untuk membawanya ke kawah. Kabarnya bule
tersebut membayar sekitar satu juta rupiah.
Sampai di bawah kami segera menuju tempat penimbangan
belerang. Setelah menunggu sampai truk penuh kami menumpang truk tersebut untuk
turun gunung menuju Desa Licin, gudang belerang tersebut. Cukup memberikan uang
rokok sebagai imbalan jasa. Setelah shalat Ashar kami mencari tumpangan untuk
menuju ke kota Banyuwangi. Akihrnya ada pick up yang bersedia kami tumpangi dan
langsung menuju ke arah kota.
Kami pun memutuskan untuk pulang ke Malang menggunakan bis,
karena mempertimbangkan esoknya yang hari Jumat apabila kami naik kereta,
takutnya tidak sempat untuk Sholat Jumat. Setelah turun dari pick up kami berjalan untuk menuju ke terminal Karangente karena memang jaraknya yang 'hanya' 3km. Cukup capek perjalanan kali ini, karena kami tidak sempat untuk beristirahat. Karena memang setelah sampai di satu tempat kami langsung cabut ke tempat lain, oleh karena itu judulnya juga nonstop travel, tapi overall : Mantap!
Biaya yang dikeluarkan:
Kereta Api Surabaya – Jember 36000
Bus Jember – Banyuwangi 18000
Carter angkot Banyuwangi – Jambu 23000
Truk Jambu – Paltidung 5000
Truk Paltidung – Licin 3000
Bus Banyuwangi – Malang 47000
Total transportasi 132000
Untuk biaya makan kondisional namun pada saat itu saya habis
26500
Sebenarnya biayanya bisa ditekan dengan cara menaiki kereta
Sri Tanjung yang langsung menuju Banyuwangi. Begitupun untuk pulangnya juga
mennggunakan kereta agar biaya lebih murah.
No comments:
Post a Comment