Friday, July 20, 2012

Kawah Ijen : Nonstop Travel






Kami menetapkan start point dari perjalanan menuju Gunung Ijen ini adalah dari Surabaya, sedangkan pulangnya kondisional, bisa ke Surabaya lagi atau ke Malang. Sebelum berangkat ke banyuwangi, sehari sebelumnya saya sempat berjalan – jalan sebentar di kota Surabaya, hehe ( thanks :D ). Esoknya, hari rabu saya membeli tiket kereta api Sri Tanjung tujuan Banyuwangi. Tapi karena sudah kehabisan, maka saya memutuskan untuk membeli tiket Logawa tujuan Jember dan selanjutnya oper bis ke arah Banyuwangi.

Saya bersama 2 orang teman saya, Hamim dan Tama berangkat dari Stasiun Gubeng pukul 16.10 di tengah jalan, kalau tidak salah di daerah Pasuruan, kereta yang kami tumpangi sempat berhenti cukup lama. Selidik – selidik, ternyata ada pengendara motor yang tertabrak kereta api karena menerobos perlintasan kereta. Korban langsung diangkut ke dalam kereta dan diturunkan di stasiun terdekat untuk selanjutnya ditangani pihak rumah sakit. Karena adanya peristiwa tersebut kereta sempat terlambat. Ketika itu sekitar jam 9 an malkam, kami memutuskan untuk tidak turun di Stasiun Jember melainkan di Stasiun Rambipuji, karena menurut GPS stasiun ini merupakan stasiun yang terdekat dengan Terminal Tawang Alun Jember, jaraknya sekitar 2 km. Karena ‘hanya’ berjarak 2 km, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja, sambil mencari tempat makan di pinggir jalan.


Sampai di Terminal Tawang Alun kami segera mencari bis yang menuju ke arah Banyuwangi. Cukup lama kami menunggu, sekitar pukul 12 malam, bus Harapan Baru pun tiba, kami segera naik dan terlelap menuju ke Banyuwangi. Menurut info yang kami dapat dari teman Hamim, kita turun di Terminal Karangente. Oke, sekitar pukul 3 pagi kami diturunkan di SPBU dekat terminal, karena saat itu kami adalah penumpang terakhir. Turun kami langsung disambut oleh bapak sopir angkot, saat itu hanya ada satu angkot memang. Setelah sedikit bernego untuk menuju kawah Ijen, kamipun memutuskan untuk mencarter angkot beliau untuk menuju ke atas, yakni ke daerah Jambu, lebih atas dari Tamansari atau Licin ( gudang belerang ). Ongkosnya pun sebenarnya murah, yakni 70000 dengan jarak tempuh sekitar 11 km dan menanjak. Hanya saja, karena kami bertiga, jadi sharing fee nya pun juga lebih berat.

Oke setelah sampai di Jambu kami segera sholat Subuh di mushola terdekat dan berjalan kaki naik melalui jalan aspal yang menanjak. Menurut info kami bisa menumpang truk belerang yang berangkat sekitar pukul 7 pagi. Namun ternyata selain truk pengangkit belerang, juga ada truk yang mengangkut karyawan perkebunan kopi, dan truk tersebut berangkat lebih pagi daripada truk pengangkut belerang. Akhirnya kami pun memutuskan untuk menumpang truk tersebut bersama karyawan – karyawan perkebunan kopi. Jalan yang kami lewati awalnya beraspal mulus. Namun tidak lama kemudian jalanan berubah menjadi berbatu. Semacam jalan aspal yang rusak parah sampai kembali seperti jalan makadam / berbatu. Namun pemandangan yang indah dan keramaian para penumpang di truk cukup menghibur kami. Tujuan truk ini adalah perkebunan kopi di daerah Sempol, namu kami turun di tengah jalan, di pos Paltidung yang merupakan start awal pendakian menuju Kawah Ijen.
kondisi jalan
Setelah sarapan dan mengurus registrasi, kami segera naik. Kondisi jalan untuk menuju kawah cukup bagus, karena memang dikelola dengan baik untuk wisata. Jarak dari start awal menuju kawah sekitar 3 km dan cukup ditempuh dengan berjalan sekitar satu jam. Di tengah jalan banyak terdapat para penambang belerang yang membawa beban sekitar 60 – 70 kg. Dan itu dilakukan 2 kali, seperti menggendong orang dewasa. Para wisatawan di Kawah Ijen ini hampir semuanya adalah wisatawan mancanegara, saya hanya melihat 3 rombongan wisatawan lokal saja ( termasuk kami ).

bagai manggul orang broh

Pemandangan di kawah ijen sungguh indah. Berjalan menuju ke arah kanan, kita bisa turun ke kawahnya ataupun sekedar melihat bagaimana penambang belerang mengambil belerang dengan diantar oleh bapak penambang. Yang perlu diperhatikan adalah asap belerang yang sangat menyengat. Ke arah kiri, kita sedikit mendaki ke atas untuk dapat melihat kawah ijen secara luas. Air kawah yang berwarna biru kehijauan dengan dikelilingi tebing curam. Kita harus ekstra hati – hati karena tidak ada dinding pembatas di ujung kawah.

Perjalanan turun pun tidak terlalu mudah. Kalau biasanya saya turun gunung dengan berjalan cepat setengah berlari, di Gunung Ijen ini karena jalannya yang lebar dan tidak ada pepohonan di tengah jalan sebagai tumpuan. Maka meskipun jalan cepat saya harus bersiap untuk mengerem hanya dengan kaki saja. Di perjalanan turun kami bertemu dengan bule yang tidak kuat mendaki, namun memiliki hasrat untuk menikmati Kawah Ijen. Alhasil bule tersebut membayar beberapa orang penambang untuk membuatkan tandu  untuk membawanya ke kawah. Kabarnya bule tersebut membayar sekitar satu juta rupiah.

superman ijen


Sampai di bawah kami segera menuju tempat penimbangan belerang. Setelah menunggu sampai truk penuh kami menumpang truk tersebut untuk turun gunung menuju Desa Licin, gudang belerang tersebut. Cukup memberikan uang rokok sebagai imbalan jasa. Setelah shalat Ashar kami mencari tumpangan untuk menuju ke kota Banyuwangi. Akihrnya ada pick up yang bersedia kami tumpangi dan langsung menuju ke arah kota.

Kami pun memutuskan untuk pulang ke Malang menggunakan bis, karena mempertimbangkan esoknya yang hari Jumat apabila kami naik kereta, takutnya tidak sempat untuk Sholat Jumat. Setelah turun dari pick up kami berjalan untuk menuju ke terminal Karangente karena memang jaraknya yang 'hanya' 3km. Cukup capek perjalanan kali ini, karena kami tidak sempat untuk beristirahat. Karena memang setelah sampai di satu tempat kami langsung cabut ke tempat lain, oleh karena itu judulnya juga nonstop travel, tapi overall : Mantap!

Biaya yang dikeluarkan:
Kereta Api Surabaya – Jember 36000
Bus Jember – Banyuwangi 18000
Carter angkot Banyuwangi – Jambu 23000
Truk Jambu – Paltidung 5000
Truk Paltidung – Licin 3000
Bus Banyuwangi – Malang 47000

Total transportasi 132000

Untuk biaya makan kondisional namun pada saat itu saya habis 26500

Sebenarnya biayanya bisa ditekan dengan cara menaiki kereta Sri Tanjung yang langsung menuju Banyuwangi. Begitupun untuk pulangnya juga mennggunakan kereta agar biaya lebih murah.

Akhir kata : ALHAMDULILLAH





lereng

up there


 
bayar sejuta nih, duduk doang nyampe puncak

No comments:

Post a Comment