Friday, December 23, 2011

Visiting Semarang



Libur pra UAS semester 3 ini tak kusia-siakan. Bersama satu temanku, mamet, kami pergi mengunjungi ibukota provinsi Jawa Tengah yakni kota Semarang. Berangkat dari Rawamangun menuju Semarang, kami menggunakan moda transportasi bus PO Haryanto. Kali ini saya puas naik bis ini, tidak seperti pengalaman sebelumnya. Berangkat pukul 7 malam dar Jakarta kami sampai di terminal Terboyo Semarang pukul 3 pagi. Sejenak kami beristirahat sambil nyeruput wedang ( minuman hangat ). Setelah setengah jam di warung, kami segera mencari angkot untuk menuju ke kawasan kota lama.

Kota Lama

Di kota lama karena masih pagi buta, kami segera mencari masjid untuk menunaikan sholat subuh. Niat hati ingin istirahat sebentar setelah subuh, namun ternyata masjid akan segera dikunci oleh bapak penjaga. Alhasil kami segera cabut dan jalan jalan ke kawasan kota lama. Di kawasan kota lama terdapat Stasiun Tawang yang merupakan tempat pemberhentian kereta KHUSUS eksekutif dan bisnis saja. Untuk ekonomi mohon maaf, stasiun Tawang tidak mau menerima anda. Haha



Di depan stasiun Tawang terdapat Polder, bentuknya seperti kolam atau bendungan kecil, tempatnya cukup asri, tapi mungkin panas kalau sudah beranjak siang. Di dekat polder juga terdapat Pabrik Rokok Praoe Lajar, sekilas logonya mirip logo Honda, tapi ternyata merupakan gambar layar. Di kawasan ini kami sempat ngobrol dengan salah satu penduduk. Ternyata kawasan kota lama ramai pada hari Minggu. Jadi bagi teman – teman yang ingin melihat keramaian kota lama, datang saja di hari Minggu :D
Tempat wisata andalan yang terdapat di kawasan kota lama adalah Gereja Blenduk. Sebenarnya namanya bukan gereja blenduk,


hanya saja karena bangunan atapnya seperti menggelembung, maka masyarakat lebih suka menyebutnya dengan gereja blenduk. Di sebelah gereja ini terdapat taman kecil yang semakin menambah keindahan kawasan ini. Namun sayang, beberapa bangunan di kota lama ini sudah mulai rusak dan sepertinya belum ada perbaikan.

Setelah berjalan – jalan di kawasan kota lama, kami segera mengunjungi masjid agung Semarang yang terletak di daerah Kauman. Masjid yang terletak di dekat pasar tradisional ini berukuran tidak terlalu besar. Masih kalah besar dibanding masjid An Nuur Pare. Setelah bersih badan di masjid agung, kami segera melanjutkan perjalanan ke kawasan Tugu Muda.


Tugu Muda dan Lawang Sewu


Tugu Muda merupakan monumen ikon kota Semarang. Kalau di Kediri ada monumen Gumul, di Semarang ada Tugu Muda. Tugu muda ini dibangun untuk mengenang pertempuran lima hari di kota Semarang pada zaman kemerdekaan. Di depan tugu muda terdapat tempat wisata yang legendaris, yakni lawang sewu. Lawang sewu berarti pintu seribu, karena pada bangunan ini memiliki pintu yang sangat banyak. Bangunan ini merupakan bekas penjara yang kini telah dipugar oleh pemerintah. Untuk memasuki bangunan lawang sewu, pengunjung dikenakan biaya 10.000 dan diharuskan menggunakan guide / pemandu dengan menambah biaya sebesar 30.000. karena kami berdua, jadi total biaya yang harus dibayar adalah 50.000. Karena tarif yang terlalu mahal, akhirnya kami menolak dan hanya ingin berkeliling di luar gedung saja. Dasar pengelolanya, baik masuk gedung atau tidak, asalkan sudah masuk gerbang utama kami tetap diharuskan membayar 50.000. akhirnya dengan hati dongkol kami segera cabut dan hanya mengamati keindahannya dari luar pagar.




Klenteng Sam Poo Kong



Oke setelah kecewa di Lawang Sewu, kami segera menuju destinasi selanjutnya, yaitu Klenteng Sam Poo Kong. Sebelumnya kami sarapan dahulu di depan gerbang klenteng. Untuk memasuki klenteng ini, kami harus membayar 3.000. Untuk wisatawan lokal hanya 3.000, sedangkan wisatawan asing diharuskan membayar sebesar 10.000. Di klenteng ini terdapat tiga bangunan klenteng, bangunan utama terletak di paling ujung dan berukuran paling besar, dan di depannya terdapat patung Laksamana Zheng Ho. Di sini juga terdapat beberapa patung prajurit dengan membawa senjata andalannya. Sayang sekali kami tidak bisa memasuki bangunan klenteng, karena yang dapaat memasuki bangunan klenteng adalah pengunjung yang akan melakukan sembahyang saja. Di sini kami bertemu dengan rombongan pramuka siaga dan penggalang. Jadi teringat masa – masa pramuka dulu.


Setelah puas berkeliling di klenteng Sam Poo Kong, kami segera melanjutkan perjalanan ke pusat keramaian di kota Semarang, yakni Simpang Lima Semarang. Di kawasan ini terdapat berbagai pusat perbelanjaan, pertokoan, cafe, masjid raya, dan lain- lain. Kami singgah di Masjid Raya untuk melakukan sholat dhuhur. Setelah itu kami makan siang dengan menu tahu gimbal seharga 10.000. Setelah itu kami berkeliling sebentar di simpang lima dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke masjid terbesar di Jawa tengah.

Masjid Agung Jawa Tengah



Masjid Agung jawa Tengah berukuran sangat besar dan megah. Di serambi masjid terdapat bangunan seperti khas di timur tengah. Selain itu juga terdapat payung raksasa berjumlah enam yang mampu membuka dan menutupi seluruh serambi depan. Payung raksasa ini menyerupai payung yang terdapat di Masjid Nabawi Madinah. Namun sayang sekali, menurut saya ruangan utama masjid ini kurang megah. Masjid ini juga memiliki menara yang sangat tinggi. Pada menara ini terdapat museum, restoran, dan puncak tertinggi. Untuk menaiki menara ini, kita diharuskan membayar sebesar 5.000. Dilengkapi dengan dua buah lift, kami tidak perlu antri lama untuk naik ke puncak menara ( tidak seperti di monas yang antriannya mengular). Di atas menara kita biasa memandang luasnya kota Semarang. Di sebelah utara kita bisa memandang laut Jawa, di sebelah selatan kita dapat memandang perbukitan yang indah. Namun sayang, teleskop yang disediakan di sini masih belum bisa digunakan.



Simpang Lima

Setelah puas di Masjid agung, karena lapar kami mampir sebentar di warung dan makan sego kucing seharga @1.500. Kemudian kami kembali ke simpang lima, pada malam itu di Simpang Lima ternyata ada pagelaran wayang kulit, tapi karena waktu kami yang tidak banyak kami urungkan niat untuk menonton pertunjukan wayang. Di daerah Simpang Lima ini kami berburu lunpia. Lumpia merupakan makanan khas kota Semarang yang dapat kita peroleh dengan mudah di kawasan Jalan Pandanaran. Jalan pandanaran merupakan salah satu cabang jalan di simpang lima. Setelah itu kami mampir di masjid Al Huda di pemukiman penduduk dan kembali lagi di simpang lima. Di simpang lima kami ngemil lagi, kali ini kami makan tahu petis. Tidak terlalu lama di sini, kami segera mencari angkot yang menuju ke Terminal Terboyo.

Karena hari sudah malam, sekitar pukul 19.30 angkot dan penumpangnya pun sudah jarang. Alhasil kami menunggu lama agar angkot terisi penuh. Setelah turun di Terboyo kami menaiki bus Sumber Kencono jurusan Semarang – Solo – Surabaya. Saya turun di Jombang sedangkan mamet turun di Solo untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Purworejo.

Thanks buat mamet, GPS nya sangat membantu, hehe.
Thanks juga buat warga semarang, mereka sangat ramah ketika kami menanyakan info - info

Tips – tips buat backpacking dapat dilihat di sinih

Pengeluaran selama sehari di Semarang :
Bis Jakarta-Semarang 140.000
Bis Semarang-Jombang 35.000
Total angkot dan bis kota 27.000
Sarapan pagi 7.0000
Tahu gimbal 10.000
Nasi Kucing 3.000 (belum termasuk ngemil)
Tiket Klenteng 3.000
Tiket menara masjid Agung 5.000
Total 230.000 ( kalo naik kereta ekonomi bisa saving 100.000 >> 130.000 )





1 comment:

  1. jangan kapok maen ke Semarang....

    Silakan mampir ke http://hellosemarang.com/ untuk info wisata di Semarang dan sekitarnya

    ReplyDelete