Friday, August 30, 2013

Trekking Pulau Sempu : Nice Island South of Java






Liburan semester, itungan ketika periode PL. Kemarin akhir Juni sebelum saya berangkat PL (Praktek Lapangan), saya bersama kawan – kawan Sanggarman menyempatkan singgah di Kabupaten Malang. Kali ini ada 5 pasukan yang ikut, yaitu Saya, Tama, Ranti, Putri Kumon, dan Asa. Ada apa sih di Malang? Banyak. Mulai dari wisata keluarga, gunung, dataran tinggi, pantai, dll. Kali ini kami berkunjung di Pulau Sempu. Pulau yang berada di sebelah selatan dari dataran Malang.
Sesuai wilayahnya, Pulau Sempu bisa dijangkau dari Malang. Dari daerah manapun di Kota Malang naik angkot menuju terminal Gadang. Selanjutnya naik angkot lagi semacam elf menuju Turen. Dari Turen naik angkot biru muda menuju Sendang Biru. Sendang Biru merupakan pantai atau dermaga kecil tempat penyebrangan menuju Pulau Sempu. Di Sendang Biru kita juga bisa menemukan TPI (Tempat Pelelangan Ikan), tempat cari ikan yang murah meriah. Dari Malang sampai Sendang Biru perjalanan ditempuh sekitar 2 jam. Dari Sendang Biru menuju Pulau Sempu menggunakan kapal kecil selama 15 menit. Kapal ini bisa dinaiki sampai sekitar 8 orang. Namun sebelum menyeberang ke Pulau Sempu kita harus memiliki ijin untuk memasuki wilayah ini. Kalau baru pertama kali kesini mungkin bisa menyewa guide untuk menunjukkan jalan.

Tujuan utama di Pulau Sempu adalah Segara Anakan, semacam laguna berisi air laut yang dikelilingi oleh bebatuan terjal. Gelombang air laut masuk melalui karang bolong sehingga timbul genangan air laut yang menyerupai danau. Selain itu juga ada beberapa pantai di sekitar itu yang masih dapat kita explore.

Karena kami hanya punya waktu 2 hari, tujuan kami hanyalah Segara Anakan. Tidak sempat mengeksplor keindahan panti di sekitarnya. Dengan perahu yang menyebrangkan ke pulau ini, kami diturunkan di bibir pulau yang banyak orang menyebutnya dengan Teluk Semut. Banyak tumbuhan bakau memang di sini. Trekking dimulai dari sini. Untuk menuju Segara Anakan kurang lebih memakan waktu 2 sampai 3 jam. Tapi dengan catatan.


Perjalanan berangkat sekitar pukul 3 sore, langit cerah, bahkan cenderung panas. Jalur trekking sudah cukup jelas namun kami tetap mengantisipasi dengan mempersiapkan GPS untuk mencegah tersesat atau bahkan mungkin bisa memotong jalur. Jalur trekking terlihat bekas lumpur kering. Dengan kondisi yang kering kami bisa mencapai bibir Segara Anakan kurang dari 2 jam. Sampai di tujuan langsung ndlosor di atas pasir. Semacem kelaperan, perut kencang bernyanyi dan memang kami belum sempat makan mengisi energi sebelum trekking.

Malam di Segara Anakan sungguh menakjubkan, menikmati langit di luar tenda. Bintang – bintang bertebaran, seperti membentuk rasi sampai saya sendiri tidak bisa membaca rasi –memang sebenarnya nggak ngerti rasi hehe- . Dan hingga bulan menunjukkan dirinya sebagai supermoon, benar – benar menjadi pelita penerang di malam hari. Indah. Hingga gerimis memaksa kami untuk beberes barang – barang dan masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Saya bakal merindukan momen – momen itu.

Esoknya, menikmati segarnya pagi dengan bermain air laguna, memanjat karang untuk merasakan ganasnya gelombang samudra merasakan semilir angin yang fresh. Setelah matahari mulai naik, hampir memasuki waktu akhir dhuha, kami beres – beres peralatan dan bersiap kembali trekking back to home.Tidak terlalu siang kami kembali pulang, khawatir tidak ada angkutan umum kembali ke Kota Malang.

Trekking pulang, kami sempat mencoa keluar jalur, mencari rute pendek. Tapi karena vegetasi yang sangat rapat akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke jalur. Jalur trekking kali ini berbeda dari kemarin. Sedikit lebih parah, berlumpur, sehingga memakan waktu lebih lama untuk kembali ke Teluk Semut. Lumpur. Efek dari hujan semalam yang membasahi dan melumpurkan jalur trekking. Kami memerlukan waktu lebih lama, sekitar 3 sampai 4 jam untuk kembali ke Teluk Semut. Kaos putih saya berubah menjadi kecoklatan sampai di sini.

Dalam perjalanan pulang saya berpapasan dengan traveler lain yang baru berangkat. Namun disayangkan beberapa dari mereka menggunakan perlengkapan yang kurang proper. Sepatu crocs, sneakers, slimfit jean,postman bag. Tak heran mereka lebih kesulitan untuk bergelut dengan lumpur. Sebenarnya ada persewaan sepatu di Sendang Biru. Semacam sepatu bola yang berpull yang mungkin bisa memudahkan travelers menapaki jalur di sini.  

Sampai di Sendang Biru saya menyempatkan membeli tuna di TPI. Lumayanlah buat oleh – oleh orang rumah hehe dengan harga yang murah meriah. Setelah itu kami kembali ke Kota Malang untuk transit dan pulang menuju Pare.

Ingat selalu, bawa kembali semua sampah dan bersikap bijak terhadap lingkungan, flora, fauna.
 

No comments:

Post a Comment