Transportasi penyeberangan favorit warga |
Rencana
ini sudah tersusun sebelumnya, tinggal menunggu waktu yang pas, dan
sedikit penyesuaian rencana. Obrolan telepon pagi hari dengan mamet di
depan lab pengemasan memutuskan kami untuk move on sejenak dari
rutinitas sehari-hari. Satu lagi teman yang menemani kami adalah Kang Dayyus, yang sebelumnya sering minta jalan-jalan bareng he he. Tempat yang kami jajah adalah tempat yang saya
juga belum pernah menginjaknya, sebelahan dengan pulau Jawa yaitu
Sumatera. Target operasi adalah wilayah Bandar Lampung dan dilanjutkan
menuju wilayah Palembang dengan biaya yang sesingkat-singkatnya. Credit terimakasih banyak buat kang Sugi dan Mamet yang sebelumnya sudah survey mengenai perjalanan dari Bogor menuju Pelabuhan Bakauhuni tentu saja dengan biaya ngepres. Dan selanjutnya kami akan meneruskannya sampai ke Sumatera Selatan kang. Yaah kata orang sih semacam backpacking dengan budget yang murah.
Check point perjalanan menuju lampung antara lain
Stasiun Bogor - Jakarta - Merak - Bakauhuni - Stasiun Tanjung Karang - Stasiun Kertapati - Base camp
27 Mei 2014
Perjalanan menggunakan kereta dimulai sekitar pukul 2 siang dari Stasiun Bogor menuju Stasiun Duri dengan hanya membayar 4.500 saja dan sampai di Stasiun Duri pukul 4. Di Stasiun duri kami menunggu kereta yang akan mengantar kami menuju ke Pelabuhan Penyeberangan Merak. Dari Stasiun Duri kami berhimpit-himpitan dengan warga-warga Banten yang pulang dari kerasnya hidup di Jakarta. Saya pun baru menyadari kalau hari itu adalah hari Sabtu yang tentunya sangat crowded. Mungkin pada saat itu penumpang di kereta berjumlah sekitar 200% dari ketersediaan tempat duduk, mungkin lebih. Tak ayal himpit-himpitan pun tak terhindarkan untuk mengejar perjalanan yang cepat, lancar, dan murah. Kereta Api Gitu Loh.
Kepadatan kereta lokal mulai berkurang ketika kami sampai di Stasiun Rangkas Bitung. Kemudian perjalanan dari Rangkas Bitung menuju Merak sudah sangat sepiiiiii nyet di dalam kereta. Mungkin penumpang yang terisi tidak sampai setengah gerbong. Cukup murah biaya yang dikeuarkan untuk perjalanan dar Duri menuju Merak, hanya 5.000 rupiah saja gan!
Kami sampai di pelabuhan Merak sekitar pukul 9
malam. Kami bergabut ria di pelabuhan sambil makan-makan, nongkrong
melihat lalu lalang kapal, bergalau ria melihat lampu-lampu di malam
hari, beli snack di indomart yang harganya lebih murah daripada indomart
deket kampus. Makan nasi goreng dengan harga standar 10.000 rupiah. Kami sengaja menunggu sampai sekitar pukul 23.30 untuk
menyesuaikan jadwal perjalanan agar senantiasa aman, terkendali, dan
tertata rapih. Dengan prediksi keberangkatan kapal dari Merak pukul 12 dan sampai di Bakauhuni pukul 3 pagi kemudian dilanjutkan dengan bis menuju Terminal Rajabasa sekitar pukul 6.00, sudah terang tentunya. Kami memang menghindari berada di Rajabasa di waktu gelap karena kabarnya terminal tersebut kurang ramah dan tingkat kriminalitas yang relatif tingg, kabarnya sih gituu. Setelah menunjukkan pukul setengah 12 kami segera membeli tiket seharga 13.000 rupiah dan segera naik ke atas kapal. Di atas kapal kami tidak duduk di kursi namun kami mencari spot yang oke dan kami memilih ngampar di dek samping kapal. Gak pake gengsi, bodo amat sama orang-orang, yang penting bisa wenak selonjoran tidur. Ketika kami bangun ternyata banyak juga yang ngampar semacam kami ha ha ha.
Mejeng dulu gan |
28 Mei 14
Sampai di Pelabuhan Bakauhuni sekitar pukul 03.00 kami tak langsung melanjutkan perjalanan. Kami sengaja mampir di lobby pelabuhan untuk menonton pertandingan bola. Yap, ertandingan bola yang sangat sayang untuk dilewatkan karena merupakan pertandingan final Liga Champions antara Real Madrid dengan Atletico yang akhirnya dimenangkan oleh saudara tua, Real Madrid dengan gol yang dramatis.
Adalah
armada bis Lampung Jaya sudah menunggu kami di parkiran pelabuhan. Selesai pertandingan kami
segera merapat menuju bis tersebut yang akan mengantarkan kami menuju
Terminal Rajabasa. Terminal yang terkenal akan kriminalitas yang cukup
tinggi gitu lah, katanya sih. Kami pun belum membuktikannya dan rasanya
juga tak perlu membuktikannya dan jangan sampai deh jangan sampai. Nah
bis yang kita naiki tidak langsung jalan namun menunggu penumpang penuh
terlebih dahulu. Bis bumel klasik dengan renda-renda di kaca depan serta
kondektur bapak tua yang tiada lelah mencari penumpang. Yang uniknya
dari bus ini, kondektur menyediakan kursi plastik, ya, kursi plastik
yang biasanya ada di warung bakso. Kursi plastik tersebut ditempatkan di
tengah-tengah antara tempat duduk. Jadi kalau bis biasa, susunan tempat
duduknya adalah 2-3. Bis ini mampu menampung penumpang dengan susunan
2-1-3 jadi bisa muat banyak tuh :D. Ongkos yang harus kami keluarkan untuk bis ini sejumlah 25.000 rupiah.
Armada Lampung Jaya di Terminal Rajabasa |
Pagi
hari kami sampai di Terminal Rajabasa sekitar pukul 6.45 dan tidak berfikir lama dan tidak sempat melihat-lihat terminal ini, kami
segera menumpang angkot di depan terminal untuk menuju ke check point selanjutnya yaitu
Stasiun Tanjung Karang, Bandar Lampung. Pagi hari jalanan Bandar Lampung nampak cukup
lengang. Di kiri kanan jalan terlihat pertokoan dan bangunan yang hampir
semuanya berhiaskan siger. Siger adalah mahkota yang merupakan simbol khas Lampung. Di
wilayah ini banyak angkot dengan modif yang keren-keren. Lebih keren
daripada angkot yang ada di Bogor yang katanya kota seribu angkot. Tarif angkot dari Rajabasa menuju Stasiun TNK sebesar 4.000 rupiah. Di dalam angkot, Mamet sempat nyeletuk, "gimana kalo nanti pas kita di kereta dapat 2 seat yang berhadapan (4 orang), nah di situ kita duduk bertiga sama cewek satu, ha ha ha ada ada sajaa..
Salah satu angkot di stasiun TNK |
Tidak lama perjalanan dari Rajabasa menuju Stasiun TNK, sekitar 15 menitan. Sampai
di stasiun sekitar pukul 07.00 kami sempatkan sarapan lontong sayur di sekitar stasiun sambil menikmati
pemandangan segar dan udara segar di pagi hari. Kadang juga terkuping
beberapa pembicaraan warga sekitar yang ternyata juga menggunakan Boso
Jowo. Memang wong jowo iku nang ngendi-ngendi onok, makane sak
nggon-nggon tetep wae iso krungu boso jowo.
Sampai
waktunya pun tiba kami segera masuk ke peron Stasiun Tanjung Karang.
Dengan gagahnya KA Rajabasa dengan relasi Tanjung Karang - Kertapati sudah
menunggu kami untuk segera bergegas meninggalkan kota ini menuju
kota-kota yang ada di atasnya. Ongkos kereta dari Lampung menuju Palembang relatif tidak mahal, adalah sebesar 30.000 rupiah saja. Sekitar pukul 08.00 kereta meluncur meninggalkan kota Bandar Lampung.
Stasiun Tanjung Karang Bandar Lampung |
TNK - KPT |
Sepanjang perjalanan dari TNK menuju KPT kami seringkali berpapasan dengan Kereta Babaranjang (Batu-Bara Rangkaian Panjang) yang baru kali ini kami temui, karena memang tidak ada kereta tersebut di wilayah Jawa. Tidak seperti kereta umumnya, kereta pengangkut batubara menggunakan dua rangkaian lokomotif. Memang beban yang sangat besar dan rangkaian yang sangat panjang, sekitar 24 rangkaian (atau bahkan lebih, ngitungnya gak konsen sih) membutuhkan lokomotif penarik yang tidak cukup satu biji. Boleh jadi babaranjang ini merupakan rangkaian kereta api yang terpanjang di Indonesia.
Awalnya kita penasaran sama yang namanya babaranjang, karena memang hanya terdapat di daerah Lampung-Sumatera Selatan dan tidak terdapat di Jawa. Namun lama-kelamaan kita jadi bosan sendiri ketemu babaranjang. Itu loh, rangkaiannya yg panjang banget bikin nunggunya kaya nungguin jodoh #eh. Oiya jadi kalau di daerah Jawa kita mengenal DAOP (Daerah Operasi) untuk setiap wilayah yang dilewati kereta api mulai dari Daop I sampai IX membentang dari Jakarta hingga Jember, di Sumatera tidak demikian. Di wilayah Sumatera dikenal dengan DIVRE (Divisi Regional) I sampai III.
Divre I melayani Sumatera Utara dan Aceh
Divre II melayani Sumatera Barat
Divre III melayani Sumatera Selatan dan Lampung
~selayang pandang ttg kereta api~
Back to bolang!
Awalnya kita penasaran sama yang namanya babaranjang, karena memang hanya terdapat di daerah Lampung-Sumatera Selatan dan tidak terdapat di Jawa. Namun lama-kelamaan kita jadi bosan sendiri ketemu babaranjang. Itu loh, rangkaiannya yg panjang banget bikin nunggunya kaya nungguin jodoh #eh. Oiya jadi kalau di daerah Jawa kita mengenal DAOP (Daerah Operasi) untuk setiap wilayah yang dilewati kereta api mulai dari Daop I sampai IX membentang dari Jakarta hingga Jember, di Sumatera tidak demikian. Di wilayah Sumatera dikenal dengan DIVRE (Divisi Regional) I sampai III.
Divre I melayani Sumatera Utara dan Aceh
Divre II melayani Sumatera Barat
Divre III melayani Sumatera Selatan dan Lampung
~selayang pandang ttg kereta api~
Yg merah loko nya, yg item kuning itu rangkaiannya |
Back to bolang!
Celetukan Mamet pas di angkot ternyata benar! kita duduk di seat yang berempat dengan satu gadis. Namun rupanya gadis itu berdua bersama temannya tapi duduknya bersebelahan. Karena nggak enak akhirnya saya mengalah dan gadis tersebut duduk berdua bersama temannya. Tak lama buat kami untuk akrab dengan mereka ha ha ha emang dasarnya sok kenal sok asik hehe. Adalah Destri dan Revi, srikandi asal Sumatera Selatan, tepatnya di daerah Baturajo alias Baturaja. Banyak hal yang kita bicarakan, terkait dengan SumSel, Palembang, makanan-makanan. Oiya, kalau saja kita mampir di Baturajo, akan ada makanan sedap hasil fermentasi, tapi namanya lupa :D. Namun sayangnya tujuan kami adalah Palembang, kapan-kapan nanti mampir ke Baturajo hehe.
masih malu motoin cewek |
Perjalanan di kereta ini sebenarnya ada satu pengalaman yang memalukan, namun alangkah masygulnya kalau ikut diposting di sini juga. Jadi biarlah terbatas para pihak yg terlibat saja yang tahu, yang ingin tahu biarlah penasaran sahaja.
Perjalanan TNK-KPT melewati berbagai stasiun yang namanya juga cukup aneh. Tidak aneh sih, namun cukup membuat kami yang baru pertama kali ke Sumatera cekikikan.
Haji Pamanggilan
Sulusuban
Negara Ratu
Tulung Buyut
Negeri Agung
Belatung
Belimbing Air Kaka
Peninjawan
Suka Merindu
:D:D Cekidot aja deh foto di bawah untuk lihat stasiun-stasiun yang kami singgahi. Kalo kurang gede di klik aja gan.
Jalur kereta TNK-KPT |
Sampai di Baturajo, dua srikandi turun bersama penumpang lainnya. Perjalanan pun berlanjut hingga akhirnya kami sampai di Stasiun Kertapati Palembang sekitar pukul 22.30 fuuuuh perjalanan yang panjang.
Kisah di Palembang bersambung ke sini gan
Wah terima kasih mas artikel nya membantu Travel Palembang Lampung Terbaik
ReplyDelete